Cuplikan Pergolakan Ekonomi Orde Lama

Indonesia sebagai bangsa yang baru mencicipi kemerdekaan mengalami pergolakan pertamanya pada era Orde Lama. Orde Lama adalah era yang mengalami banyak ketidak-stabilan, karena pada masa awal kemerdekaan bangsa Indonesia masih harus mencari tahu bentuk sistem ekonomi dan pemerintahan yang paling tepat bagi bangsa yang multikultural, dimana terdapat banyak sekali suku, budaya dan bahasa, dimana mereka pada akhirnya harus bersatu untuk menghadapi berbagai tekanan dunia pada saat itu, entah dari PBB ataupun agresi militer Belanda I dan II oleh Kerajaan Belanda yang masih ingin mencokolkan dirinya di Indonesia.

Bukan hanya sistem pemerintahan yang mengalami banyak perubahan, bahkan TNI telah berkali-kali berganti struktur dari BKR (Badan Keamanan Rakyat), yang kemudian menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat), kemudian TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan akhirnya pada era orde baru kemudian sempat ajeg menjadi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Maka tidak heran jika sistem ekonomi kita juga mengalami banyak perubahan bentuk untuk akhirnya mendapatkan bentuk perekonomian yang ajeg. Dimana akhirnya pada masa itu roda pemerintahan dituntut untuk menjadi otoriter demi terciptanya sebuah keteraturan.

Dengan pemerintahan yang otoriter (demokrasi terpimpin), Soekarno berhasil mengatasi berbagai masalah yang tidak disangka sebelumnya dalam era pra-kemerdekaan. Jika dibandingkan dengan Soeharto yang sama-sama totalitarian, era Soekarno mungkin tidak segemilang Soeharto dalam pembangunan karena Soekarno tidak punya satu pun referensi pemerintahan sebelumnya (kecuali Belanda dan Jepang) sebagai bahan pembelajarannya.

Namun satu hal yang harus dibanggakan dari Soekarno adalah bahwa semangat dan jiwa Indonesia pada masa itu adalah sebuah semangat untuk membangun bangsa yang berporos pada rakyat kecil. Salah satu ‘wong cilik’ yang kemudian benar-benar menginspirasi Soekarno dalam paham politik dan ekonominya adalah seorang petani bernama Marhaen. Dari sini Soekarno belajar bahwa rakyat kecil adalah poros dan roda kehidupan masyarakat dan bangsa yang besar ini.

Marhaenisme kemudian lahir sebagai simbol kedekatan Soekarno dengan rakyat kecil mungkin tidak seratus persen berhasil, namun pada era ini kesenjangan sosial sangat kecil, karena semua rakyat masih susah dan miskin. Namun di tengah kemiskinan dan kesulitan bangsa Indonesia di masa itu, Soekarnosebagai seorang pemimpin adalah seseorang yang bisa menciptakan kebanggaan atas Indonesia di tengah pergumulan bangsa. Soekarno adalah seorang presiden yang benar-benar dicintai rakyatnya. Ia tidak segan-segan untuk berdiri di tengah kerumunan rakyat yang menghadang mobilnya sampai tidak bisa berjalan hanya untuk bersalaman ataupun melihat presiden pertama Indonesia tersebut.

Sayangnya nilai ideal yang tertanam dalam Marhaenisme dalam penerapannya juga tidak seratus persen terlaksana. Soekarno yang sangat dicintai rakyat dan mengagungkan nilai-nilai sosialisme malah hidup mewah dan berkecukupan sendiri di Istana Newaga. Ia terlena dengan kekuasaan yang pada akhirnya berujung pada suatu masa dimana terjadi pemberontakan yang berujung pada kudeta atas dirinya.

Pada masa pemerintahan awal Soekarno, dalam sistem pemerintahan dan ekonomi yang masih prematur, mulai tercipta budaya korupsi. Tidak heran dalam suatu sistem pemetintahan dan ekonomi yang masih labil bila terjadi praktek-praktek korupsi. Ditambah lagi praktek korupsi juga adalah warisan budaya pada zaman pra-kemerdekaan (zaman Belanda), dimana VOC yang bangkrut karena korupsi dari dalam organisasinya, secara tidak langsung mempengaruhi bagaimana cara petinggi daerah (pamong praja) pada saat itu untuk mendekati orang yang berada di puncak kekuasaan, yakni Belanda. Bahkan pada era sekarang saat Indonesia sudah mempunyai KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), korupsi mungkin sudah melekat dan menjadi budaya yang tidak begitu menjijikkan bagi masyarakat. Kita lihat saja Gayus Tambunan yang masih bisa tersenyum pada turnamen tenis di Bali kemarin.

Pembangunan di daerah-daerah pada era orde lama juga dinilai lambat karena tidak adanya otonomi khusus, sehingga para pemerintah daerah harus melapor ke pusat yang membutuhkan waktu yang sangat lama. Hal ini dikarenakan sistem demokrasi terpimpin Soekarno, dimana segala keputusan berada di bawah kendalinya. Hal ini harus dimengerti bahwa pada masa itu terdapat begitu banyak pemberontakan seperti DI-TII yang memaksa terjadinya suatu pemusatan kekuasaan sehingga pada akhirnya tidak terdapat kegiatan yang berindikasi pada perpecahan bangsa.

Kejadian yang paling memukul pada era Soekarno adalah krisis ekonomi di tahun 1965. Kejadian inilah yang pada akhirnya menjadi ujung sumbu kudeta Soekarno, hampir sama dengan kejadian krisis ekonomi 1998 yang pada akhirnya juga menurunkan Soeharto dari kursi kepresidenan. Namun jika kita lihat dalam kacamata yang lebih luas, permasalahan ekonomi sangat wajar kita temui pada negara yang baru berkembang, apalagi yang baru merdeka. Kita dapat lihat beberapa negara di Amerika Latin dan Afrika juga banyak mengalami permasalahan yang sama di awal era kemerdekaan mereka.

Pada akhirnya metode pemerintahan dan sistem ekonomi pada era orde lama adalah sebuah pembelajaran dan referensi yang sangat berharga dalam perjalanan bangsa Indonesia. Sebagai generasi muda yang nantinya akan ikut berpartisipasi dalam berjalannya roda perekonomian bangsa ini, kami berusaha untuk memahami pergolakan ekonomi pada masa ini dengan segala nilai positif dan negatifnya.

Comments

Popular posts from this blog

Heart of Gold

Kandy-Colombo-Kandy

Seminggu Pertama di Sri Lanka!